OLAHRAGATIMES.COM – Sepak bola menawarkan pertunjukan indah dalam setiap pertandingannya, menjadikannya olahraga yang mengagumkan. Pemain sepak bola, yang sering disebut sebagai seniman lapangan hijau, selalu memiliki kreativitas tak terbatas untuk memberikan tontonan yang menarik bagi penonton.
Selain itu, sepak bola juga memiliki kemampuan untuk mendamaikan konflik antara pihak-pihak yang bertikai, seperti yang terjadi di Nigeria. Pada tanggal 6 Juli 1967, negara ini terlibat dalam perang saudara yang mengakibatkan banyak korban. Namun, ada hal unik yang terjadi pada tahun 1969, ketika perang tersebut berhenti selama 48 jam, selama dua hari.
Sepak bola menjadi alasan di balik penghentian sementara perang tersebut, dengan Pele sebagai aktor utamanya. Kedua belah pihak sepakat untuk mengesampingkan kepentingan politik demi memberikan kesempatan bagi rakyat Nigeria untuk melihat kehebatan Sang Maestro sepak bola.
Namun, perlu diingat bahwa dunia sepak bola tidak selalu berkaitan dengan kedamaian. Beberapa pertandingan juga dapat memunculkan perselisihan antara kedua belah pihak.
Berikut ini adalah informasi mengenai kerusuhan yang pernah terjadi dalam dunia sepak bola, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Daftar Isi
- Kerusuhan Paling Brutal dalam Dunia Sepak Bola
- Penyebab Terjadinya Kerusuhan dalam Dunia Sepak Bola
- #1. Emosi dan Kekalahan
- #2. Konflik Antar-Suporter
- #3. Kurangnya Pengamanan yang Efektif
- #3. Pengaruh Alkohol atau Narkoba
- #4. Ketidakpuasan terhadap Manajemen Klub
- #5. Provokasi dari Pihak Luar atau Kelompok Hooligan
- #6. Faktor Sosial dan Ekonomi
- #7. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran Akan Etika Sepak Bola
- Akhir Kata
Kerusuhan Paling Brutal dalam Dunia Sepak Bola
Sayangnya, keindahan dunia sepak bola seringkali tercemar oleh tindakan tak bertanggung jawab beberapa individu. Terjadi banyak perselisihan dan kerusuhan baik di dalam maupun di luar lapangan.
Sangat disayangkan bagi para penggemar sepak bola harus menyaksikan pemandangan yang tidak mengenakkan akibat kerusuhan-kerusuhan ini.
Kadang-kadang, perselisihan di antara kedua belah pihak bisa terjadi karena hal sepele. Pihak-pihak yang terlibat dalam pertikaian ini dapat berasal dari kelompok suporter atau bahkan dari para pemain sepak bola sendiri.
Berikut adalah beberapa insiden kerusuhan yang pernah terjadi dalam dunia sepak bola.
Kerusuhan Sepak Bola Dunia
Hingga saat ini, sudah terjadi banyak kerusuhan dalam dunia sepak bola. Kita masih ingat dengan “Tragedi Maracana” yang terjadi di Brasil dan menelan banyak korban.
Brasil, yang diharapkan menjadi juara dunia, tiba-tiba kalah dari Uruguay. Akibatnya, banyak warga Brasil yang merasa kecewa, bahkan ada yang mengalami serangan jantung saat itu.
Namun, itu bukan satu-satunya kerusuhan yang pernah terjadi dalam dunia sepak bola. Berikut adalah 5 kerusuhan yang selalu diingat oleh para penggemar sepak bola di seluruh dunia dan versi Olahraga Times.
#5. Kerusuhan di Mesir pada Februari 2012
Kerusuhan terparah dalam sejarah sepak bola Mesir menelan korban jiwa sebanyak 73 orang dan melukai sekitar 1.000 orang. Kerusuhan ini dipicu oleh tindakan para suporter Al-Masry yang mencoreng reputasi sepak bola Mesir.
Sebelum pertandingan dimulai, banyak suporter Al-Masry yang masuk ke lapangan, sehingga pertandingan tertunda selama 30 menit. Setelah Al-Masry mencetak gol ketiga, para penonton menyerbu lapangan, dan pada akhir pertandingan, ribuan suporter masuk ke Stadion Port Said.
Suporter Al-Masry yang bersenjata menyerang suporter, pemain, dan staf Al-Ahly. Bahkan, pelatih Al-Ahly, Manuel Jose, dilempari dan dipukuli oleh suporter Al-Masry setelah tidak dapat kembali ke ruang ganti.
Akibat insiden ini, beberapa pemain Al-Ahly seperti Mohammed Aboutrika, Mohamed Barakat, dan Emad Motaeb pensiun dari sepak bola. Pelatih Manuel Jose juga tidak melatih lagi akibat insiden berdarah tersebut.
#4. Kerusuhan di Rusia pada Oktober 1982
Kerusuhan yang dikenal sebagai “Tragedi Luzhniki” terjadi saat pertandingan antara Spartak Moskow dan HFC Haarlem dalam Piala UEFA 1982/1983.
Awalnya, tragedi ini terjadi karena seorang wanita mengambil sepatu yang terjatuh dari tangga, sehingga antrian di belakangnya terhenti karena membantunya. Namun, tangga yang ramai dan pembatas besi yang lemah tidak mampu menahan beban, sehingga orang-orang terjatuh.
Diperkirakan tragedi ini menewaskan 66 orang, tetapi ada juga perkiraan bahwa korban tewas mencapai 340 orang.
Baca Juga: Kumpulan Julukan Pemain Sepak Bola Top Dunia
#3. Kerusuhan di Afrika Selatan pada Januari 1991
Tragedi berdarah paling kelam di Afrika Selatan telah menewaskan 42 orang. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 Januari 1991 di Stadion Oppenheimer, Orkney, saat pertandingan antara Kaizer Chiefs dan Orlando Pirates.
Kerusuhan sepak bola ini dimulai setelah pemain Kaizer Chiefs mencetak gol ke gawang Orlando Pirates. Pendukung kedua tim saling ejek dan melempar benda keras seperti batu. Stadion yang berkapasitas 25 ribu penonton juga terlalu penuh, dengan perkiraan jumlah penonton mencapai 30 ribu.
Kesalahan penyelenggara dalam tidak memisahkan tempat duduk antara dua kelompok suporter rival menjadi penyebab kerusuhan ini. Sepuluh tahun kemudian, pertikaian antara kedua kelompok tersebut terjadi kembali di Johannes Ellis Park Stadium, dan korban tewas meningkat menjadi 43 orang.
#2. Kerusuhan di Inggris pada April 1989
Inggris, yang dikenal sebagai negara yang mementingkan kedamaian dalam sepak bola, juga mengalami kerusuhan. Kejadian ini terjadi pada bulan April 1989 selama pertandingan antara Liverpool dan Nottingham Forest.
Kerusuhan ini dikenal sebagai Tragedi Hillsborough dan merupakan tragedi kedua yang melibatkan Liverpool setelah Tragedi Heysel pada tahun 1985.
Kerusuhan ini disebabkan oleh kelalaian polisi dan kesalahan pemberitaan oleh The Sun, yang menyebabkan para penggemar Liverpool memboikot surat kabar tersebut dengan slogan “Don’t Buy The Sun”.
Tragedi ini menyebabkan kematian 95 orang dan mendapat simpati dari Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron, yang meminta maaf atas tragedi Hillsborough kepada keluarga korban.
#1. Kerusuhan di Ghana pada Mei 2001
Kerusuhan sepak bola ini dapat dikatakan sebagai kerusuhan terburuk dalam sejarah dunia sepak bola. Pada tanggal 9 Mei 2001, kejadian berdarah ini menewaskan 126 orang dan melukai ratusan lainnya.
Kerusuhan terjadi menjelang akhir pertandingan setelah wasit mengesahkan gol tuan rumah, Accra Hearts of Oak SC. Suporter tim Kumasi Asante Kotoko marah dan melempari serta membakar bangku stadion.
Polisi yang menyaksikan kejadian itu mengeluarkan gas air mata ke tribun, tetapi langkah tersebut justru memperburuk situasi.
Para pendukung berusaha keluar, tetapi pintu stadion terkunci, menyebabkan ratusan orang terinjak-injak dan banyak yang meninggal dunia.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Sepak Bola Gajah
Kerusuhan Sepak Bola Indonesia
Tidak hanya di berbagai belahan dunia, kerusuhan juga sering terjadi di negara kita tercinta yang sangat gemar sepak bola. Baik kerusuhan antara suporter maupun pemain, beberapa insiden kerusuhan telah terjadi dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Berikut ini, Olahraga Times akan menghadirkan beberapa insiden kerusuhan yang pernah terjadi.
#6. Kerusuhan Persija vs Persib 2012 (Jakarta)
Perseteruan antara dua kelompok suporter terbesar di Indonesia, The Jak Mania (suporter Persija Jakarta) dan Bobotoh/Viking (pendukung Persib Bandung), menjadi salah satu perseteruan yang sulit dilupakan. Salah satu kerusuhan terhebat terjadi di Gelora Bung Karno pada tanggal 27 Mei 2012, yang menyebabkan tewasnya 3 orang.
Salah satu korban bernama Rangga, seorang pendukung Persib Bandung, menjadi korban pemukulan yang brutal oleh suporter The Jak Mania di luar stadion. Rangga meninggal setelah mengalami serangan tersebut.
Insiden ini bermula ketika kapten Persib saat itu, Maman Abdurrahman, mencetak gol yang menyamakan kedudukan. Rangga, sebagai pendukung setia Persib, merayakan gol tersebut dengan lompatan kegembiraan. Sayangnya, selebrasi tersebut terlihat oleh suporter The Jak, yang kemudian menyerang Rangga dan beberapa temannya. Meskipun teman-teman Rangga berhasil melarikan diri, Rangga sendiri ditarik dan dipukuli sampai tewas.
#5. Kerusuhan Persis Solo vs Martapura FC 2014 (Solo)
Fanatisme sepak bola kembali memicu kerusuhan yang menyebabkan korban jiwa. Salah satu insiden kerusuhan terjadi pada pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC di Stadion Manahan, Solo, dalam Divisi Utama 2014.
Kerusuhan ini terjadi akibat keputusan wasit Ahmad Jafri yang dianggap tidak adil, yang membuat para suporter dan tim Persis Solo merasa kecewa. Beberapa suporter mencoba masuk ke lapangan, dan dalam kerusuhan tersebut, satu korban meninggal dunia yang tidak diketahui identitasnya. Selain itu, bus pariwisata yang akan digunakan oleh pemain Martapura FC rusak karena dilempari batu oleh pendukung Persis Solo. Sebuah sepeda motor KLX milik Sabhara juga terbakar dalam insiden tersebut.
#4. Kerusuhan Persita vs PSMS Medan 2017 (Cibinong)
Satu lagi kerusuhan suporter Indonesia yang menyebabkan satu orang tewas. Insiden kerusuhan antara pendukung Persita Tangerang dan pendukung PSMS Medan terjadi di Stadion Mini Persikabo, Bogor.
Pada saat pertandingan, tidak ada kerusuhan yang terjadi. Namun, setelah pertandingan selesai, suporter Persita masuk ke lapangan dan melakukan aksi protes terhadap tim mereka karena kekalahan dari PSMS Medan. Hal ini memicu emosi para pendukung PSMS tersebut.
Terjadi kejar-kejaran antara kedua kelompok suporter di luar stadion, dan dalam insiden tersebut, satu orang tewas dan 17 orang lainnya luka-luka. Korban tewas adalah Banu Rusman, seorang pendukung Persita Tangerang.
#3. Kerusuhan Persija vs Sriwijaya 2016 (Jakarta)
Kerusuhan ini melibatkan The Jakmania (suporter Persija Jakarta) dan aparat kepolisian. Pertandingan antara Persija Jakarta dan Sriwijaya FC di Gelora Bung Karno pada tanggal 25 Juni 2016 harus dihentikan pada menit 81 dengan skor 1-0 untuk keunggulan Sriwijaya. Banyak suporter yang masuk ke lapangan, sehingga kondisi di stadion tidak efektif lagi.
Insiden ini dimulai ketika salah satu suporter The Jak masuk ke lapangan dan kemudian diamankan oleh aparat kepolisian. Selanjutnya, gelombang suporter masuk dari tribun Timur dan aparat kepolisian yang jumlahnya kalah kesulitan menahan mereka. Akhirnya, aparat meminta bantuan untuk menenangkan suporter Persija yang sedang mengamuk.
Diduga kerusuhan ini merupakan dampak dari kekecewaan The Jak atas kematian Fahreza dalam pertandingan Persija melawan Persela pada tanggal 13 Mei sebelumnya.
#2. Kerusuhan Persebaya vs Arema 2006 (Surabaya)
Ribuan Bonek Mania pendukung Persebaya Surabaya mengamuk dengan membakar tiga unit mobil dan merusak fasilitas yang ada di Gelora 10 Nopember Surabaya usai laga Persebaya melawan Arema dalam lanjutan Copa Indonesia 2006. Kerusuhan yang terjadi pada tanggal 3 September 2006 ini telah merusak dua unit mobil APV milik ANTV dan satu mini bus milik TVRI Surabaya.
Awal kerusuhan itu terjadi saat Arema unggul dan berusaha untuk menghabiskan waktu dengan bermain-main. Pada menit 85 bola yang dipegang oleh Ahmad Kurniawan tidak langsung ditendang, padahal wasit Jimmy Napitupulu sudah memberi aba-aba agar bola ditendang.
Akhirnya bola tersebut ditendang oleh Warsidi, pemain belakang Arema. Namun setelah menendang Warsidi terjatuh tanpa tahu apa sebabnya. Wasit pun menghentikan pertandingan. Dan pada saat itulah beberapa koordinator suporter berlarian masuk ke dalam lapangan yang disebabkan karena mereka diserang oleh kelompok suporter yang tidak puas.
Tak berselang lama, suporter dari berbagai penjuru masuk dan membuat kerusuhan. Hingga membuat para wasit, pemain dan pelatih lari ke bawah tribun VIP menyelamatkan diri.
Kerusuhan pun pecah, pembakaran bendera dan spanduk tidak ter-elakkan. Beberapa fasilitas juga tidak luput kena amukan Bonek Mania tersebut. Dan tidak hanya di dalam, diluar stadion pun ternyata lebih parah dan mengenaskan. Perkantoran yang berada di depan Stadion pun habis ditimpuki batu oleh Bonek Mania, termasuk kantor Pemda PSSI Jatim.
Buntut dari kejadian inipun membuat Bonek tidak bisa mendampingi Persebaya dalam laga tandang selama 6 pertandingan.”
#1. Tragedi Kanjuruan
Pada tanggal 1 Oktober 2022, terjadi sebuah insiden yang mengakibatkan penghimpitan kerumunan yang fatal setelah pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pasca kekalahan tim tuan rumah Arema dari rivalnya Persebaya Surabaya, sekitar 3.000 pendukung Arema memasuki lapangan.
Menurut pihak kepolisian, para pendukung tersebut terlibat kerusuhan dan menyerang pemain dan ofisial tim. Upaya polisi untuk melindungi pemain dan menghentikan kerusuhan justru memicu bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Polisi menggunakan gas air mata, beberapa di antaranya mengarah ke tribun selatan yang tidak ada gesekan, mengakibatkan penonton berlarian mencari perlindungan.
Kejadian ini menyebabkan penumpukan kerumunan di pintu keluar, yang menyebabkan sejumlah supporter mengalami asfiksia.
Hingga tanggal 24 Oktober, dilaporkan bahwa sebanyak 135 orang meninggal dan 583 orang lainnya mengalami cedera. Tragedi ini menjadi bencana kedua paling mematikan dalam sejarah sepak bola di seluruh dunia, setelah tragedi Estadio Nacional di Peru pada tahun 1964 yang menewaskan 328 orang. Dengan demikian, tragedi ini menjadi bencana paling mematikan di Asia, Indonesia, dan belahan bumi bagian timur.
Pada tanggal 6 Oktober 2022, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Listyo Sigit Prabowo, mengumumkan adanya enam tersangka yang terlibat, antara lain: direktur penyelenggara pertandingan PT Liga Indonesia Baru (LIB), kepala petugas keamanan Arema, panitia pelaksana pertandingan Arema yang lalai dalam menjalankan tugasnya, dan tiga petugas polisi yang menggunakan gas air mata.
Baca Juga: Kumpulan Julukan Pemain Sepak Bola Top Dunia
Penyebab Terjadinya Kerusuhan dalam Dunia Sepak Bola
Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di seluruh dunia. Namun, di balik kegembiraan dan antusiasme yang ditunjukkan oleh para suporter, terkadang terjadi kerusuhan yang mengganggu kedamaian dan keamanan.
Penyebab terjadinya kerusuhan dalam dunia sepak bola sangat kompleks dan melibatkan faktor-faktor yang beragam.
#1. Emosi dan Kekalahan
Salah satu penyebab utama terjadinya kerusuhan dalam dunia sepak bola adalah emosi yang meluap ketika tim kesayangan mengalami kekalahan. Kekalahan dalam pertandingan bisa menjadi pemicu emosi negatif, seperti kekecewaan, marah, dan frustasi, terutama bagi para suporter yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan tim mereka. Reaksi berlebihan terhadap kekalahan ini bisa memicu terjadinya kerusuhan di stadion atau di luar stadion.
#2. Konflik Antar-Suporter
Rivalitas antar tim seringkali memunculkan konflik antar-suporter. Persaingan yang sengit antara tim-tim rival sering kali diwarnai oleh ejekan, provokasi, dan pertentangan antara para suporter. Ketegangan ini dapat memicu kerusuhan saat suporter saling serang fisik atau merusak properti di sekitar stadion. Saling ejek dan provokasi dalam bentuk nyanyian atau tindakan memicu suasana yang memanas dan dapat mengarah pada kerusuhan.
#3. Kurangnya Pengamanan yang Efektif
Kurangnya pengamanan yang efektif di dalam maupun di sekitar stadion juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kerusuhan dalam dunia sepak bola. Jika tidak ada tindakan yang tepat untuk mengendalikan kerumunan atau mencegah aksi kekerasan, situasi dapat dengan cepat menjadi kacau dan berbahaya. Ketika para suporter tidak merasa aman atau tertekan oleh keadaan yang tidak terkendali, risiko kerusuhan menjadi lebih tinggi.
#3. Pengaruh Alkohol atau Narkoba
Penggunaan alkohol dan narkoba oleh sebagian suporter sebelum atau selama pertandingan juga dapat memicu terjadinya kerusuhan. Kondisi yang tidak stabil akibat pengaruh zat tersebut dapat mempengaruhi perilaku suporter tersebut.
#4. Ketidakpuasan terhadap Manajemen Klub
Ketidakpuasan terhadap manajemen klub, termasuk keputusan manajemen terkait pemain, pelatih, atau strategi tim, juga dapat menjadi penyebab kerusuhan dalam dunia sepak bola.
Jika suporter merasa bahwa keputusan-keputusan tersebut tidak adil atau tidak memenuhi harapan mereka, mereka dapat mengekspresikan ketidakpuasan mereka melalui tindakan yang merusak atau mengganggu jalannya pertandingan.
Rasa ketidakpuasan yang tidak tertangani dengan baik dapat memicu kerusuhan yang melibatkan para suporter.
#5. Provokasi dari Pihak Luar atau Kelompok Hooligan
Terkadang, kerusuhan dalam dunia sepak bola diprovokasi oleh pihak luar atau kelompok hooligan yang memiliki tujuan mengacaukan pertandingan atau menciptakan kekacauan.
Kelompok hooligan seringkali terorganisir dan memiliki motif tertentu untuk mengganggu kedamaian dalam sepak bola. Mereka dapat menggunakan taktik intimidasi, kekerasan, atau sabotase untuk memicu kerusuhan.
#6. Faktor Sosial dan Ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi juga dapat berperan dalam terjadinya kerusuhan dalam dunia sepak bola. Ketidakpuasan ekonomi, ketidaksetaraan, atau masalah sosial tertentu dapat menciptakan ketegangan di antara suporter dan memicu konflik.
Ketika suporter merasa terpinggirkan atau tidak adil diperlakukan, reaksi mereka dapat berubah menjadi tindakan kekerasan atau kerusuhan sebagai bentuk protes.
#7. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran Akan Etika Sepak Bola
Kurangnya pendidikan dan kesadaran akan etika sepak bola juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kerusuhan.
Jika suporter tidak memahami pentingnya menghormati peraturan, nilai-nilai sportivitas, dan keselamatan di dalam dan di sekitar stadion, mereka mungkin cenderung terlibat dalam perilaku yang merusak dan memicu kerusuhan.
Dalam menangani dan mencegah terjadinya kerusuhan dalam dunia sepak bola, perlu dilakukan upaya kolaboratif antara pihak klub, pemerintah, kepolisian, dan suporter untuk meningkatkan pengamanan, meningkatkan pendidikan dan kesadaran akan etika sepak bola, serta mengatasi faktor-faktor pemicu kerusuhan tersebut.
Baca Juga: Ukuran Lapangan Sepak Bola Standar FIFA
Akhir Kata
Hindari kerusuhan dan pertikaian, karena sepak bola yang kita kenal seharusnya menyajikan tontonan menarik, bukan aksi saling lempar, saling pukul, atau perilaku anarkis lainnya.
Sebagai suporter yang bijak, kita harus mampu mengendalikan diri dan tidak terlibat dalam kerusuhan. Saling menghormati antara sesama suporter juga merupakan hal yang penting.
Lebih baik menciptakan suasana damai dan harmonis saat menonton sepak bola. Gunakan suaramu untuk mendukung tim kesayanganmu, bukan untuk mencela tim lawan.
Saatnya mulai berperilaku bijak, pertimbangkan segala tindakan yang akan kita lakukan, dan jangan mudah terprovokasi oleh orang lain. Demikianlah pesan dari Olahraga Times, semoga bermanfaat dan dapat memperkaya pemahaman kita tentang dunia sepak bola. Salam Olahraga!